Archive for November 2015

Media dan Krisis Jati Diri Bangsa


(Fachri Aldi Al Fawwazy)
src gambar : https://indonesiaproud.wordpress.com/


            Sekarang ini sedang terjadi penjajahan budaya asing terhadap budaya Indonesia, keanekaragaman budaya yang dimiliki negeri ini yang seharusnya dijadikan sebagai kebanggaan dan jati diri bangsa, perlahan-lahan mulai dilupakan. Bangsa ini sedang terjangkit krisis jati diri, terlalu banyaknya stasiun media dan stasiun televisi lokal mengekspos dan menayangkan tayangan luar negeri setiap harinya, seperti drama Korea, drama Turki, Bollywood, hingga film-film Hollywood sehingga itu seperti memberikan doktrin kepada anak muda bahkan sampai anak-anak menganggap budaya luar negeri yang lebih modern itu lebih kerern dan patut di ikuti.

            Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan sedikitnya konten budaya lokal yang ditayangkan stasiun televisi lokal, media yang seharusnya berfungsi sebagai alat untuk mempromosikan budaya lokal Indonesia malah berpaling mempromosikan budaya luar negeri, jika kita cermati, tayangan yang berisikan konten budaya lokal Indonesia kini sangat susah dijumpai dichanel televisi lokal pengecualian untuk TVRI yang sampai sekarang masih setia dengan tayangan khas Indonesia seperti wayang, ketoprak, penyanyi sinden dan lain-lain, sayangnya stasiun televisi milik pemerintah yang minim penonton ini, masih jauh dari kata sukses mempromosikan budaya Indonesia, dengan fakta yang demikian, memunculkan opini bahwa sekarang ini media lebih mementingkan tingginya rating acara yang berbanding lurus dengan tingginya pendapatan dibandingkan dengan menayangkan konten budaya dan kearifan lokal yang belum tentu banyak peminatnya.

            Bayangkan saja, stasiun-stasiun televisi lokal sekarang ini sedang nafsu-nafsunya berkompetisi membuat sinetron yang tidak bermutu, sebut saja Ganteng-Ganteng Serigala (GGS), 7 Manusia Harimau, Tukang Bubur Naik Haji, dan lain sebagainya, yang isinya kehidupan disekolah tetapi tidak pernah ada adegan belajar, yang isinya cinta, pertengkaran, perceraian dan hal yang tidak mendidik lainya. Tak ada unsur budaya dan kearifan lokal yang ditampilkan didalamnya, boleh dibilang tidak ada pelajaran atau manfaat yang bisa kita ambil dari sinetron-sinetron tersebut, parahnya masyarakat dicekok’i tayangan-tayangan yang tidak bermutu itu setiap hari.


            Jika saja ada stasiun televisi yang ingin dan mampu membuat tayangan yang bertemakan budaya Indonesia dan dikemas secara kreatif mungkin akan sangat membantu mengkampanyekan untuk lebih mencintai budaya lokal. Seharusnya kita bisa meniru apa yang dilakukan India dengan Bollywoodnya, Korea Selatan dengan Drama Koreanya, atau bahkan Jepang dengan kartun khasnya yang biasa disebut Anime, lihatlah Anime-anime Jepang yang kental akan nuansa dan budaya Jepang yang sangat sukses mengkampanyekan budaya negeri Matahari Terbit itu ke negeri kita, bahkan ke ranah Internasional. Dizaman sekarang ini siapa remaja yang tidak tahu serial Anime Naruto, One Piece dan Dragon Ball? Jawabanya hampir semua remaja Indonesia tahu dengan serial-serial Anime tersebut, bahkan tak jarang dikota-kota besar  menggelar event bertemekan semua tentang Jepang, entah itu Anime festival, Japanese food festival, atau Japanese festival. Betapa suksesnya Jepang mengkampanyekan budayanya sampai-sampai ketika digelar acara Japanese festival banyak orang Indonesia tulen yang rela membeli mahal jajanan khas negeri bunga Sakura itu, mengenakan kostum ala Anime idolanya, bahkan tak jarang ada yang memakai Kimono, pakaian khas Jepang.

            Lalu apakah Indonesia punya sesuatu untuk dipromosikan ke ranah global? Tentu punya, kita punya Wayang, Wayang golek, kain Batik dan banyak budaya tradisional yang indah lainya yang kita miliki, Dari segi sosialisasi dan promosi memang Indonesia kudu banyak belajar dari Jepang, India, Korea Selatan dan negara lainya yang budayanya sudah mendunia. Jangankan untuk promosi ke luar negeri, mungkin tidak sedikit dari kita yang memiliki koleksi baju ala budaya luar tapi tidak memiliki baju batik? Miris.

            Dampak dari kurangnya sosialisasi dan promosi akan kecintaan terhadap budaya sendiri itu sangat mengkhawatirkan bagi generasi penerus bangsa, belum lagi dengan banyaknya budaya luar negeri dengan moderenisasinya semakin mengikis rasa cinta terhadap budaya sendiri, lihat saja style atau gaya anak muda dan remaja zaman sekarang, mulai dari rambut gaya britania raya dengan Pomadenya, atau ala boyband korea dengan poni dan cat warna-warni macam ayam gaul yang dijual pedagang didepan sekolah kita dulu, belum lagi baju wanita yang serba kekurangan kain, dan banyak lagi. Semua itu jelas akibat banyaknya televisi kita menayangkan acara-acara luar negeri, bandingkan dengan anak muda yang memakai baju batik, sangat jarang sekali ditemukan, bahkan anak muda yang memakai baju batik di anggap ndeso atau tidak gaul tidak mengikuti trend, lagi-lagi, miris sekali bukan?

            Dengan anak muda yang kian hari kian meninggalkan budaya Indonesia, tak heran banyak negara yang miskin akan budaya yang mengklaim budaya kita ini, ketika budaya kita diklaim oleh negara tetangga, kita baru berkoar-koar bahwa itu budaya kita, sedangkan sehari-harinya memakai kain khas kita saja jarang bahkan tidak pernah, apakah bangsa kita senaif ini?

            Negeri kita ini adalah negeri yang istimewa dengan keanekaragaman budaya didalamnya, sudah selayaknya kita mensyukuri dan bangga menjadi pewaris keanekaragaman budaya tersebut, tugas kita sebagai penerus generasi bangsa adalah menjaga dan memelihara warisan itu agar tetap lestari sehingga generasi selanjutnya masih bisa menikmati kearifan budaya ini, bahkan sebisa mungkin sudah selayaknya kita untuk membantu agar budaya kita menjadi jati diri bangsa, agar budaya kita menjadi ikon negara yang mampu dibanggakan ke ranah global, untuk jangkauan dalam negeri kita tentu saja berharap agar media dan televisi kita berhenti memberi kita tayangan-tayangan yang miskin manfaat seperti saat ini, dan sadar akan hakikat dan peran media yang seharusnya sebagai informan sekaligus penyebar budaya ke seluruh penjuru dan pelosok negeri dengan memproduksi tayangan-tayangan yang memihak budaya kita, tayangan-tayangan yang berbau kearifan dan budaya lokal. Sehingga tidak ada lagi bangsa kita ini mengalami krisis jati diri, tidak adalagi budaya yang diklaim oleh negara lain, dan agar masyarakat kita lebih menghargai dan mencintai budaya dan kearigan lokal, sehingga warisan tersebut abadi untuk negara kita. Semoga saja harapan kita ini bisa terwujud.



Minggu, 22 November 2015
Posted by Unknown

Ocehan

Mereka yang Salah Arah

Popular Post

- Copyright © jozzblog -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -